LAPORAN
PRAKTIKUM KIMIA DASAR 1
REAKSI
KIMIA TIDAK
MENYEBABKAN PERUBAHAN MASSA
Dosen
Pengampu: Dr. Kartimi, M.pd
Di susun oleh:
Nama : Rosianah
NIM : 1413162040
Kelas : Biologi A
Kelompok : 2
Asisten
Praktikum : Diana Yulianti
Rina Rahmawati
LABORATORIUM BIOLOGI
JURUSAN BIOLOGI FAKULTAS TARBIYAH
INSTITUT AGAMA ISLAM NEGERI (IAIN)
SYEKH NURJATI CIREBON
2013
REAKSI
KIMIA TIDAK
MENYEBABKAN PERUBAHAN MASSA
A.
Tujuan
Untuk menyelidiki massa za-zat sebelum dan sesudah reaksi
B. Dasar
Teori
Reaksi kimia adalah perubahan satu
atau lebih zat menjadi zat-zat baru yang sifatnya berbeda daripada zat-zat
penyusunnya. Dengan menulis reaksi kimia, dapat membantu kita dalam merencanakan
suatu percobaan. Reaksi kimia merupakan salah satu cara untuk mengetahui
sifat-sifat dari suatu atu berbagai zat. Dengan mengklasifikasikan
reaksi-reaksi kimia, kita akan lebih mudah memahami apa yang terjadi dalam
reaksi sehingga dapat meramalkan produk apa yang dihasilkan dalam reaksi
tersebut. Ketika ahli kimia mulai memikirkan perubahan-perubahan yang terjadi
dalam suatu reaksi kimia. Maka mereka selalu memulainya dengan persamaan reaksi
dari reaksi kimia tersebut yang terdiri dari rumus bangun pereaksi dan hasil
reaksi. Salah satu tujuan pentingnya persamaan reaksi adalah dalam merencanakan
percobaan dan memungkinkan kita menetapkan hubungan kuantitaf yang terjadi
diantara pereaksi dan hasil reaksi. (Anonim.2012)
Berlangsungnya suatu reaksi kimia
biasanya ditandai dengan suatu perubahan yang dapat diamati atau atau basa di
sebut dengan perubahan kimia, seperti timbulnya gelembung gas, terbentuknya
endapan, perubahan warna, ataupun perubahan suhu. Reaksi yang membebaskan
energy disebut reaksi eksoterm yang menyebabkan kenaikan suhu, sedangkan yang
menyerap energi disebut reaksi endoterm yang menyebabkan penurunan suhu. (Anonim.2012)
Hukum kekekalan massa atau dikenal
juga sebagai hukum Lomonosov-Lavoisier adalah suatu hukum yang menyatakan massa
dari suatu sistem tertutup akan konstan meskipun terjadi berbagai macam proses
di dalam sistem tersebut dalam sistem tertutup Massa zat sebelum dan sesudah
reaksi adalah sama (tetap/konstan). Pernyataan yang umum digunakan untuk
menyatakan hukum kekekalan massa adalah massa dapat berubah bentuk tetapi tidak
dapat diciptakan atau dimusnahkan. Untuk suatu proses kimiawi di dalam suatu
sistem tertutup, massa dari reaktan harus sama dengan massa produk. Hukum
kekekalan massa digunakan secara luas dalam bidang-bidang seperti kimia, teknik
kimia, mekanika, dan dinamika fluida. Berdasarkan ilmu relativitas spesial,
kekekalan massa adalah pernyataan dari kekekalan energi. Massa partikel yang
tetap dalam suatu sistem ekuivalen dengan energi momentum pusatnya. Pada beberapa peristiwa radiasi, dikatakan
bahwa terlihat adanya perubahan massa menjadi energi. Hal ini terjadi ketika
suatu benda berubah menjadi energi kinetik/energi potensial dan sebaliknya.
Karena massa dan energi berhubungan, dalam suatu sistem yang
mendapat/mengeluarkan energi, massa dalam jumlah yang sangat sedikit akan
tercipta/hilang dari sistem. Namun demikian, dalam hampir seluruh peristiwa
yang melibatkan perubahan energi, hukum kekekalan massa dapat digunakan karena
massa yang berubah sangatlah sedikit. (Anonim.2012)
Adapun di bawah ini
adalah beberapa sifat dari larutan yang akan di campurkan atau direaksikan
dalam percobaan ini yaitu adalah sabagai berikut:
1. Natrium hidroksida (NaOH)
Natrium hidroksida (NaOH), juga dikenal sebagai soda kaustik atau sodium
hidroksida, adalah sejenis basa logam kaustik. Natrium Hidroksida terbentuk
dari oksida basa Natrium Oksida dilarutkan dalam air. Natrium hidroksida
membentuk larutan alkalin yang kuat ketika dilarutkan ke dalam air. Ia
digunakan di berbagai macam bidang industri, kebanyakan digunakan sebagai basa
dalam proses produksi bubur kertas dan kertas, tekstil, air minum, sabun
dandeterjen. Natrium hidroksida adalah basa yang paling umum digunakan dalam
laboratorium kimia. (Anonim.2010)
Natrium hidroksida
murni berbentuk putih padat dan tersedia dalam bentuk pelet, serpihan, butiran
ataupun larutan jenuh 50%. Ia bersifat lembap cair dan secara spontan menyerap
karbondioksida dari udara bebas. Ia sangat larut dalam air dan akan melepaskan
panas ketika dilarutkan. Ia juga larut dalam etanol dan metanol, walaupun kelarutan
NaOH dalam kedua cairan ini lebih kecil daripada kelarutan KOH. Ia tidak larut
dalam dietil eter dan pelarut non-polar lainnya. Larutan natrium hidroksida
akan meninggalkan noda kuning pada kain dan kertas. Natrium hidroksida didominasi ion, mengandung kation natrium
hidroksida dan anion hidroksida. Anion hidroksida
dan natrium hidroksida membuat dasar yang kuat yang bereaksi
dengan asam membentuk air dan garam yang sesuai. Natrium hidroksida bereaksi dengan asam protik untuk memberikan air
dan garam yang sesuai. Sebagai contoh,
dengan Asam klorida, natrium
klorida terbentuk:
NaOH (aq) + HCl (aq) → NaCl (aq) + H2O
Secara umum reaksi netralisasi tersebut diwakili oleh satu persamaan
ionik sederhana bersih, yaitu:
OH- (aq) + H+ (aq) → H2O
(Anonim.2010)
Jenis reaksi dengan panas rilis asam kuat, dan karenanya disebut
sebagai eksotermik. Seperti reaksi asam
basa juga dapat digunakan untuk titrasi. Namun, natrium hidroksida tidak
digunakan sebagai standar primer karena bersifat higroskopis dan menyerap
karbondioksida dari udara. Natrium hidroksida bereaksi dengan asam karboksilat
untuk membentuk garam-garamnya dan bahkan dasar yang cukup kuat untuk membentuk
garam dengan fenol. Hal ini tidak, cukup kuantitatif menghasilkan senyawa
karbonil enolates dari ataua mina deprotonasi. Ini akan membutuhkan superbase. Natrium
hidroksida juga bereaksi dengan oksida asam, seperti sulfur dioksida. Reaksi
ini sering digunakan untuk "menggosok" gas asam berbahaya (seperti SO2
dan H2S) yang dihasilkan dalam pembakaran batu bara dan dengan
demikian mencegah pelepasan mereka kedalam atmosfer. Sebagai contoh
elektrolisa:
2 NaOH + CO2 + H2O → Na2CO3
(Anonim.2010)
2.
Tembaga (II) sulfat (CuSO4)
Tembaga (II) sulfat, juga dikenal
sebagai sulfat cupric, adalah senyawa kimia dengan rumus kimia CuSO4.
Garam ini ada sebagai serangkaian senyawa yang berbeda dalam derajat mereka
hidrasi. Bentuk anhidrat adalah bubuk hijau atau abu-abu putih pucat, sedangkan
pentahidrat (CuSO4 5 H2O), garam paling sering ditemukan,
adalah biru terang. Tembaga sulfat exothermically larut dalam air untuk memberikan
kompleks aquo [Cu(H2O)6] 2+, yang memiliki
geometri molekul oktahedral dan paramagnetik. Nama lain untuk tembaga (II)
sulfat adalah "vitriol biru" dan "bluestone". Tembaga
sulfat diproduksi industri dengan memperlakukan logam tembaga atau oksida
dengan asam sulfat. Untuk penggunaan laboratorium, sulfat tembaga biasanya
dibeli. Bentuk anhidrat terjadi sebagai mineral langka yang dikenal sebagai
chalcocyanite. Tembaga sulfat hidrat terjadi di alam sebagai chalcanthite
(pentahidrat), dan dua yang lebih jarang: bonattite (trihidrat) dan boothite
(heptahidrat). (Anonim.2007)
Tembaga (II) sulfat pentahidrat terurai sebelum leleh
pada 150°C, kehilangan dua molekul air pada 63°C, diikuti oleh dua lainnya di
109°C dan molekul air akhir pada 200°C. Dehidrasi hasil oleh dekomposisi tetra
aqua copper (2+) moeity, dua kelompok yang berlawanan aqua hilang
untuk memberikan diaqua copper (2+) moeity. Langkah kedua terjadi
dehidrasi dengan dua kelompok terakhir aqua hilang. Lengkapi dehidrasi terjadi
ketika molekul terikat hanya air hilang. Pada 650°C, tembaga (II) sulfat
terurai menjadi tembaga (II) oksida (CuO) dan sulfur trioksida (SO3).
Warna biru adalah karena air hidrasi. Ketika dipanaskan dalam api terbuka
kristal dehidrasi dan mengubah putih keabu-abuan. Tembaga sulfat bereaksi
dengan asam klorida pekat. Dalam reaksi larutan biru tembaga (II) berubah
menjadi hijau, karena pembentukan tetrachlorocuprate (II):
Cu2 + + 4 Cl- →
CuCl4 + 2-
(Anonim.2007)
C. Alat dan Bahan
1.
Alat
·
Labu erlenmeyer
·
Tabung reaksi
·
Neraca
2.
Bahan
·
10 ml NaOH
·
Tembaga (II) sulfat (CuSO4)
·
KI
·
PbNO3
D. Prosedur Kerja
1. Masukkan 10
ml NaOH kedalam enlemeyer dan masukkan CuSO4 ke tabung reaksi kecil
2.
Tabung reaksi kecil dimasukkan kedalam
enlemeyer, kemudian ditimbang dan dicatat massanya.
3.
Lalu enlemeyer miringkan sampai
larutan bercampur. Amati !
4.
Hitung kembali massa labu enlemeyer
dan catat hasilnya
5. Ulangi
percobaan KI dan PbNO3
E. Hasil pengamatan
Data pengamatan larutan yang ada
dalam enlenmeyer dengan tabung reaksi kecil adalah, sebagai berikut:
No
|
Larutan
|
Massa sebelum
|
Massa sesudah
|
1
|
Labu enlemeyer + NaOH
|
74,42 gram
|
74,42 gram
|
2
|
Labu enlemeyer + KI
|
55,1 gram
|
77,6 gram
|
3
|
Labu enlemeyer + PbNO3
|
73,54 gram
|
73,54 gram
|
F. Pembahasan
Acara praktikum kali ini mengenai reaksi kimia tidak menyebabkan
perubahan massa. Berdasarkan teori pengertian reaksi kimia adalah perubahan
satu atau lebih zat menjadi zat-zat baru yang sifatnya berbeda daripada zat-zat
penyusunnya. Bahan yang
digunakan dalam percobaan ini adalah CuSO4, NaOH, KI dan PbNO3.
Pengamatan pertama pada NaOH 10 ml
dimasukkan kedalam gelas enlemeyer lalu ditimbang untuk mengetahui massanya,
kemudian CuSO4 dimasukkan kedalam tabung reaksi kecil ukuran 3/4
tabung. Setelah itu tabung reaksi kecil yang berisi CuSO4 dimasukkan
kedalam enlemeyer lalu ditimbang kembali untuk mengetahui massanya. Ternyata
setelah pengamatan, NaOH pada enlemeyer massa sebelum dicampurkan dengan CuSO4
pada tabung reaksi kecil berwarna putih bening dan massanya berjumlah
74,42 gram, namun sesudah NaOH ditambahkan/dicampurkan dengan CuSO4 pada
tabung reaksi kecil larutan NaOH tidak menyebabkan perubahan massa tetap
berjumlah 74,42 gram dan berwarna putih kebiruan.
Pengamatan kedua pada NaOH 10 ml
dimasukkan kedalam gelas enlemeyer lalu ditimbang untuk mengetahui massanya,
kemudian KI dimasukkan kedalam tabung reaksi kecil ukuran 3/4
tabung. Setelah itu tabung reaksi kecil yang berisi KI dimasukkan
kedalam enlemeyer lalu ditimbang kembali untuk mengetahui massanya. Ternyata
setelah pengamatan, NaOH pada enlemeyer massa sebelum dicampurkan dengan KI
pada tabung reaksi kecil massanya berjumlah 55,1 gram, namun sesudah NaOH
ditambahkan/dicampurkan dengan KI pada tabung reaksi kecil larutan
NaOH menyebabkan perubahan massa menjadi 77,6 gram. Hal itu kemungkinan
disebabkan karena kelebihan saat mencampurkan KI sehingga
menyebabkan perubahan massa.
Pengamatan terakhir pada NaOH 10 ml
dimasukkan kedalam gelas enlemeyer lalu ditimbang untuk mengetahui massanya,
kemudian PbNO3 dimasukkan kedalam tabung reaksi kecil ukuran 3/4
tabung. Setelah itu tabung reaksi kecil yang berisi PbNO3 dimasukkan
kedalam enlemeyer lalu ditimbang kembali untuk mengetahui massanya. Ternyata
setelah pengamatan, NaOH pada enlemeyer massa sebelum dicampurkan dengan PbNO3
pada tabung reaksi kecil massanya berjumlah 73,54 gram, namun sesudah NaOH
ditambahkan/ dicampurkan dengan PbNO3 pada tabung reaksi kecil larutan
NaOH tidak menyebabkan perubahan massa tetap berjumlah 73,54 gram.
G. Kesimpulan
Setelah
dilakukan pengamatan dan diperoleh hasil pengamatan serta pembahasan dapat
disimpulkan bahwa:
·
Reaksi
kimia adalah perubahan satu atau lebih zat menjadi zat-zat baru
yang sifatnya berbeda daripada zat-zat penyusunnya.
·
Natrium hidroksida (NaOH) membentuk larutan alkalin yang kuat ketika
dilarutkan ke dalam air. Sedangkan Tembaga (II) sulfat, juga dikenal
sebagai sulfat cupric, adalah senyawa kimia dengan rumus kimia CuSO4.
·
Pada pengamatan NaOH + CuSO4
dan pengamatan NaOH + PbNO3 tidak menyebabkan perubahan massa, namun
pengamatan pada NaOH + KI menyebabkan perubahan massa.
DAFTAR PUSTAKA
Brady, J.E. & Holum J.L.1988. Fundamental of Chemistry,
3 Ed.New York: John Wiley & Inc.
Brady, J.E. & Humiston, G.E.1780. General
Chemistry,2 Ed. New York: John Wiley & Inc.
Firman, H.1990. Diktat Kimia Dasar II. Bandung:
Pendidikan Kimia FPMIPA IKIP.
Pudjatmaka, Hadyana.1984. Kimia untuk Universitas
II. Edisi keenam. Jakarta: Erlangga.
LAMPIRAN
KI
KI + NaOH
Penimbangan massa
NaOH
NaOH
CuSO4
Teh,kok dapusnya gk sesuai sama dasar teori nya yah 😁😁
BalasHapus